Empati

16 01 2008

kemarin ngga sengaja lagi jalan-jalan , trus aku liat ada pengemis di jalan . Dengan rasa iba akhirnya aku ngasih uang , ya ngga besar sich , tapi aku ikhlas .

Trus pas udah jalan , temenku negur , dia bilang ngapain sich musti ngasih-ngasih kayak gitu . Kamu tau ngga , kadang-kadang khan mereka bohong , kamu malah mendidik mereka jadi malas.

Untuk berapa lama aku terhenyak dan membenarkan pendapat temanku tersebut . Tapi setelah dipikir lagi , aku juga terlalu naif . Aku masih punya rasa empati , merasakan apa yang orang lain rasakan .

Trus aku bilang ama temanku , bahwa apa yang dikatakan nya benar , tapi setiap manusia punya pendapat berbeda.

Kalo aku menilai , aku berderma dengan ikhlas tanpa perduli itu bohong atau tidak , karena bagiku , aku senang masih bisa memberi tanpa menyakiti perasaan orang lain.

Toch aku pikir jauh di lubuk hatinya dia ngga mau begitu , emang ada manusia yang mau dianggap hina , kecuali dia orang yang memang ngga punya rasa malu.

Lagian aku pikir apa salahnya sich berbagi , mungkin aja rezeki dia emang ada pada kita .

Sebenarnya sich ini adalah tanggung jawab kita semua untuk membasminya .

Tapi sebenarnya kita harus bersyukur , dengan adanya mereka berarti kita bisa mendapatkan gelar orang kaya atau orang yang lebih beruntung.

Trus kalo misalnya orang miskin ngga ada lagi , ke mana kita mau menginfaqkan atau menyumbangkan harta kita.

Sepele sich masalah ini , tapi pengaruh empati jauh lebih besar ,

meningkatkan rasa perduli pada sesama , sehingga mendorong kita untuk selalu menolong orang lain , meredakan rasa amarah , menimbulkan rasa kasih sayang.

Aku mendapat pelajaran berharga , bahwa membangun bangsa ini tidak cukup dengan teori dan saling menghujat , melupakan jasa orang lain , menciptakan rasa curiga dalam hidup berdampingan.

Semua manusia diciptakan berbeda seluruhnya , meski kembar identik sekalipun.

Belajarlah mengakui kesalahan , belajarlah empati , dan mulailah dari diri sendiri.

orang bijak mengatakan

kalau tidak mau digigit , jangan menggigit

kalau tidak mau ditampar , jangan menampar

hargailah diri kita sendiri dulu , kita pasti akan dihargai oleh orang lain

jangan lupa untuk menghargai orang lain

tumbuhkan emapati pada diri sendiri , keluarga dan orang terdekat kita

sebarkanlah empati , kasih sayang dan cinta , niscaya semua itu akan menghampiri kita


Actions

Information

2 responses

16 01 2008
Fourspeedlab

iyah sih balik lagi ke keikhlasan masing2 bawa asik ajah bro!, tapi lebih keren kalo yang di kasih kail bukan ikannya. cuma balik lagi, mereka ngerasa mengemis itu sebagai kail, atau emang paksaan keadaan.. so…?

btw lam kenal

lam kenal juga . ya itulah hidup penuh pilihan , tapi saya berharap mereka mengemis itu karena keadaan yang memaksa . kepengennya sich ke depan pengemis akan berkurang . semoga ya
makasih udah mampir . sering-sering mampir ya

18 01 2008
dewi

Salam kenal……..
Tul mas, yang penting kita ikhlas, niat kita membantu makhluk Allah supaya kita kembali dibantu oleh Allah yang tiada terbatas kemampuan menolongnya. Khususnya para pengemis yang sudah manula, kita yang muda-muda saja merasa hrs kerja keras utk menafkahi diri sendiri&keluarga, bgmn dengan peminta-minta yg sudah manula.Asal jangan ke pengemis anak-anak, klo itu memang banyak terbukti merusak mental mereka, mereka bisa jadi malas, utk belajar atau bekerja karena mereka bisa merasakan nyamannya meminta-minta (tidak perlu kerja keras, tp hasil bisa melebihi orang yg bekerja di sektor formal;Rp70.000,-/hari jika lagi sepi…..confirmasi: peminta-minta di jalan protokol kota semarang, rruar biasa, jumlahnya jauh lbh byk dr UMK kota Semarang yg hanya Rp.715.000,-/perbulan) dan hilanglah budaya malu mereka.

bener banget mbak . yang saya ingin tegaskan adalah keikhlasan kita . makasih ya udah mampir . sering-sering mampir ya

Leave a comment